Anak Juga Bisa Terkena Kanker Lho!!!
Siapa bilang anak-anak tidak bisa terkena kanker. Itu tidak benar. Kanker dapat terjadi pada setiap orang, mulai dari anak-anak sampai dewasa. Angka kejadian kanker pada anak diperkirakan berkisar antara 2 – 3% dari kanker secara keseluruhan. Jika persentase ini diubah dalam bentuk angka yang riil, di Indonesia setiap tahunnya diperkirakan ada lebih kurang 4100 kasus baru kanker pada anak. Bukan angka yang kecil.
Di Rumah Sakit Kanker “Dharmais†(RSKD), antara tahun 2006 – 2009, tren jumlah kasus baru kanker pada anak cenderung terus meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Badan Kesehatan Dunia 2003 yang memprediksi bahwa pada tahun 2020 jumlah kasus kanker di negara-negara berkembang akan meningkat 50% dibanding saat ini. Menghadapi kenyataan ini, upaya apa yang harus dilakukan?
Berbicara tentang kanker pada anak, memang harus diakui bahwa upaya penanggulangannya berbeda dengan apa yang dilakukan terhadap kanker pada orang dewasa. Kanker pada anak tidak dapat dicegah dan dari sekian banyak kanker yang dapat dijumpai pada anak, baru satu jenis yang dapat dideteksi secara dini. Jangan heran bila ada seorang ibu yang berkata,â€Kenapa anak saya yang sudah saya jaga baik-baik masih dapat terkena kanker?â€. Jawabannya sudah ada di atas, yaitu kanker pada anak tidak dapat dicegah. Pertanyaan selanjutnya yang biasanya menyertai pertanyaan di atas adalah,â€Apa sih penyebab kanker pada anak?â€. Semua bahan bacaan mengenai kanker anak menyatakan bahwa penyebab kanker pada anak hingga saat ini belum diketahui dengan pasti. Beberapa pakar di belahan dunia lain bahkan ada yang mencoba mengaitkan kejadian kanker pada anak dengan lingkungan yang ada di sekitar anak-anak. Semua masih berupa perkiraan, belum menjadi suatu teori yang jelas dan pasti.
Mengacu pada kenyataan dan fakta yang ada tentang kanker pada anak, upaya yang tepat untuk mengatasi kanker pada anak berikut permasalahannya adalah dengan melakukan sosialisasi kepada orangtua mengenai gejala-gejala kanker pada anak. Tindakan ini mungkin tidak akan berpengaruh banyak terhadap lonjakan kasus yang akan terus meningkat. Namun, walaupun demikian, diharapkan upaya ini dapat menangkap kasus-kasus kanker pada anak yang masih dalam keadaan stadium awal. Menurut teori, apabila seorang anak yang terkena kanker didapatkan masih dalam keadaan stadium awal, kemungkinan sembuhnya lebih besar dibanding bila ditemukan sudah dalam keadaan stadium lanjut.
Tahun 2006, menurut data dari Departemen Onkologi Anak RSKD, jumlah kasus kanker pada anak yang dirawat dan sudah dalam keadaan stadium lanjut adalah 43%. Guna menanggapi situasi ini, sosialisasi dilakukan dengan gencar memanfaatkan berbagai media yang ada. Hasilnya tidak mengecewakan, tahun 2008 jumlahnya turun menjadi 35% dan tahun 2009 turun lagi menjadi 34,3%. Suatu perubahan angka yang signifikan.
Melalui tulisan ini dan tulisan-tulisan berikutnya, Penulis mengharapkan makin banyak orangtua yang mengerti dengan jelas gejala-gejala apa yang harus diwaspadai bila mencurigai sang buah hati terkena kanker. Apakah cukup sampai di situ? Tidak….Segera bawa ke rumah sakit untuk mengkonfirmasi apakah benar gejala yang timbul adalah gejala kanker. Seandainya ternyata bukan, tentunya kita bersyukur itu bukan kanker. Jika sebaliknya, tetap kita bersyukur karena kanker yang terjadi ditemukan masih dalam keadaan stadium awal. Oleh karena itu, jangan pernah bosan mensosialisasikan gejala kanker pada anak, khususnya kepada orangtua.