Diare pada Anak, Mungkinkah Intoleransi Laktosa?!

Erik, anak usia 4 tahun, belakangan sering sekali mengalami diare. Ibu Erik mengalami kebingungan akan kondisi anaknya tersebut. Beberapa jam setelah minum susu Erik langsung buang-buang air. Akhirnya, ia mencoba untuk menghentikan memberikan susu formula yang diminum Erik  untuk sementara. Ajaibnya, diare Erik berangsur-angsur membaik. Walaupun begitu, ibu tetap membawa Erik ke dokter. Dokter memberitahunya bahwa Erik mungkin mengalami intoleransi laktosa.
 
Apa itu intoleransi laktosa?
Intoleransi laktosa bisa disebut juga sebagai defisiensi laktase. Ini merupakan keadaan dimana terdapat kekurangan enzim laktase dalam tubuh. Enzim laktase dihasilkan oleh sel-sel yang terdapat pada usus halus. Laktase digunakan tubuh untuk mencernakan laktosa yang banyak terdapat dalam produk susu. Laktosa yang dicernakan oleh enzim laktase akan dipecah menjadi bentuk glukosa dan galaktosa, yang bisa diserap tubuh dan masuk ke pembuluh darah.
Jika terjadi kekurangan enzim laktase, sebagian besar laktosa dari makanan tersebut akan melewati usus halus dan masuk ke usus besar tanpa melalui proses terlebih dahulu. Laktosa yang ada di dalam usus besar tersebut akan berinteraksi dengan bakteri-bakteri normal yang terdapat dalam usus besar sehingga menghasilkan gas, mengakibatkan perut kembung dan diare.
Sebenarnya, banyak orang memiliki kadar laktase yang rendah, tapi tidak memberikan adanya gejala-gejala tertentu. Mereka yang memiliki kadar laktase rendah disertai dengan gejala dan tanda yang berkaitan inilah yang termasuk dalam gangguan intoleransi laktosa.
 
Kok, bisa terjadi?
Normalnya, tubuh akan memproduksi sejumlah besar enzim laktase saat lahir dan selama masa kanak-kanak awal, yaitu ketika sumber nutrisi utama yang dibutuhkan pada usia tersebut adalah susu. Namun seiring dengan semakin bervariasinya jenis makanan yang dikonsumsi anak, produksi enzim laktase pun menurun. Pada kebanyakan orang, penurunan aktivitas enzim laktase dimulai pada usia 2 tahun. Dan biasanya gejala dan tanda intoleransi laktosa tidak terlihat sebelum usia anak 6-7 tahun. Kondisi normal terjadinya penurunan aktivitas laktase yang disebabkan peningkatan usia seseorang ini disebut intoleransi laktosa primer.
Selain itu, intoleransi laktosa juga bisa disebabkan adanya penyakit seperti celiac disease, gastroenteritis, dan inflammatory bowel disease misalnya penyakit Chron; akibat operasi ataupun cedera pada selaput lendir usus halus yang mengkibatkan penurunan produksi enzim laktase. Kondisi ini termasuk dalam intoleransi laktosa sekunder. Keadaan ini bisa terjadi pada setiap umur, bahkan anak-anak usia dibawah 2 tahun lebih rentan oleh karena usus mereka lebih sensitif terhadap agen infeksi (bakteri, virus, dll).
Lebih jarang lagi, intoleransi laktosa bisa terjadi sejak bayi baru lahir. Ini disebut sebagai intoleransi laktosa kongenital. Keadaan ini disebabkan tidak adanya aktivitas laktase sama sekali sejak bayi. Bayi dengan intoleransi laktosa kongenital tidak dapat menerima laktosa yang juga terdapat dalam ASI sehingga mereka mengalami diare sejak lahir.
 
Bagaimana gejalanya?
Gejala dan tanda intoleransi laktosa biasanya timbul 30 menit sampai 2 jam setelah mengonsumsi makanan yang mengandung laktosa (biasanya terdapat dalam produk susu). Gejala yang timbul biasanya meliputi diare, mual, keram perut, kembung, mengeluarkan gas/kentut. Gejala-gejala ini biasanya bersifat ringan, namun bisa membuat tidak nyaman. Gejala-gejala ini mirip pula dengan gangguan lain seperti alergi protein susu, reaksi alergi terhadap kandungan bahan makanan lain, dll.
 
Apa yang harus dilakukan?
Jika anak Anda mengalami gejala-gejala di atas, bawalah anak Anda ke dokter atau rumah sakit. Dokter akan mencurigai adanya intoleransi laktosa pada anak Anda berdasarkan gejala dan respon yang ditimbulkan jika mengurangi produk susu. Beberapa tes mungkin perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis, misalnya dengan:

  • Tes toleransi laktosa : anak akan diminta untuk meminum cairan yang mengandung kadar tinggi laktosa. Dua jam setelah minum cairan tersebut, akan dilakukan tes darah untuk melihat jumlah glukosa dalam darah. Jika kadar glukosa tidak meningkat, itu berarti tubuh tidak mencerna dan menyerap laktosa tersebut.
  • Hydrogen breath test : pada tes ini anak juga diminta untuk meminum cairan yang mengandung kadar tinggi laktosa. Lalu dokter akan mengukur jumlah gas hidrogen pada napas anak. Normalnya, hanya dapat dideteksi sejumlah kecil hidrogen. Jadi, jika ditemukan sejumlah besar hidrogen, hal itu mengindikasikan bahwa tubuh tidak mencerna laktosa sehingga laktosa mencapai usus besar dan difermentasikan oleh bakteri usus besar yang menghasilkan gas hidrogen dan gas lainnya.
  • Stool acidity test : tes ini dilakukan pada bayi dan anak yang tidak dapat menjalani kedua tes diatas. Pada intoleransi laktosa akan ditemukan asam laktat dan asam-asam lainnya pada sampel feces.

 
Apa yang bisa ibu berikan untuk sang buah hati?
Obat-obatan belum dapat mengobati gangguan intoleransi laktosa. Mengurangi gejala-gejala intoleransi laktosa pada anak bisa dilakukan dengan membatasi mengonsumi produk susu. Walaupun begitu, produk susu yang mengandung sejumlah besar laktosa biasanya juga mengandung tinggi kalsium. Padahal, kalsium diperlukan anak-anak untuk pertumbuhan tulang mereka.  Kekurangan kalsium pada anak bisa mengakibatkan timbulnya penyakit ricket dan osteomalacia. Oleh karena itu, harus diperhatikan agar anak jangan sampai mengalami defisiensi kalsium.
Disamping dari produk susu, kalsium juga dapat diperoleh pada makanan-makanan, seperti kacang almond, brokoli, salmon kalengan, pengganti susu seperti susu soya, jeruk, kacang pinto, bayam, tahu, dll. Selain itu, suplemen kalsium pun bisa diberikan pada mereka yang mengalami pembatasan konsumsi produk susu ini.
Jika tetap ingin memberikan susu kepada sang buah hati, Anda masih bisa melakukannya dengan tips-tips berikut:

  • Minum susu dalam jumlah kecil setiap kali minum
  • Minum susu disertai dengan makanan
  • Gunakan produk susu yang mencantumkan label “lactose-reduced” atau “lactose-free” dalam kemasannya

Selain itu, walaupun sebagian besar laktosa ada dalam produk susu, harus diperhatikan pula bahwa laktosa mungkin terdapat dalam jumlah kecil secara “tersembunyi” dalam bahan makanan tertentu yang bukan produk susu, seperti roti, sereal, margarin, permen, makanan ringan, dll. Jadi, perhatikanlah label kemasan produk makanan yang Anda gunakan. Jika tercantum whey, milk byproducts, fat-free dry milk powder, dan dry milk solids, maka produk makanan tersebut mengandung laktosa.
Probiotik juga mungkin dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif dalam mengatasi intoleransi laktosa. Probiotik adalah organisme hidup yang terdapat dalam usus yang membantu menjaga kesehatan sistem pencernaan. Probiotik tersedia pula dalam yogurt dan sebagai suplemen dalam bentuk kapsul. Kadang-kadang probiotik ini digunakan untuk gangguan pencernaan seperti diare dan irritable bowel syndrome. Probiotik juga dapat membantu tubuh mencerna laktosa. Probiotik umumnya dianggap aman dan mungkin dapat dicoba jika metode lain tidak membantu.
 
Adakah metode lain yang dapat membantu?
Sebuah metode dikembangkan sekitar 30 tahun yang lalu di Jerman. Metode ini merupakan terapan dari ilmu biofisika. Metode bioresonansi akan membantu kondisi tubuh secara keseluruhan sehingga tubuh, terutama sistem pencernaan mampu mengatasi keadaan yang ditimbulkan akibat kekurangan enzim laktase. Metode bioresonansi ini melakukan pendekatan terapi ke faktor penyebab, dan dengan gelombang elektromagnetik yang telah disesuaikan dengan frekwensi sistem pencernaan (mis: usus), mengembalikan tubuh ke kondisi normal yang mungkin telah banyak berubah karena masukan makanan yang tidak dapat diterima oleh tubuh. Apabila tubuh ada dalam kondisi yang seimbang, diharapkan dapat mengatasi berbagai macam perubahan dengan lebih baik, sehingga kasus seperti intoleransi laktosa tidak bertambah parah atau bahkan dapat dikurangi sehingga Anda atau anak Anda dapat mencerna asupan makanan dengan lebih baik.

Sumber:

 

 

 


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *