Kenapa Anakku Tidak Bisa Diam? Bandel Sekali!

ADHD adalah gangguan perkembangan emosi dan perilaku masa kanak-kanak yang terjadi sebelum berusia 7 tahun, ditandai adanya inatensi, impulsivitas, hiperaktivitas dan gangguan pola perilaku terstruktur pada dua macam situasi berbeda, berlangsung kronis selama masa perkembangan. Umumnya onset awal pada usia 3 tahun, namun diagnosis baru dapat ditegakkan setelah anak bersekolah (usia 6-7 tahun), di mana anak dihadapkan pada situasi belajar terstruktur atau formal yang mengharuskan pola perilaku yang terstruktur atau formal.
ADHD lebih banyak dijumpai pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Beberapa literatur melaporkan rasio penderita laki-laki : perempuan berkisar antara 3-9:1 dan lebih dijumpai pada anak laki-laki pertama. Belum ditemukan penyebab pasti mengapa gangguan ini lebih sering dijumpai pada anak laki-laki, namun diduga alasannya berhubungan dengan lebih rentannya anak laki-laki terhadap gangguan belajar, psikosis, retardasi mental dan kelainan psikologis lainnya.
Penyebab ADHD sampai saat ini belum diketahui secara pasti, diduga multi faktorial dimulai dari faktor genetik, perkembangan otak saat kehamilan, perkembangan otak saat perinatal, tingkat kecerdasan, ketidakseimbangan hormonal, lingkungan fisik, sosial dan pola pengasuhan anak oleh orang tua, guru, dan orang-orang yang berpengaruh di sekitarnya.
Perjalanan ADHD beragam, di mana gejala dapat menetap sampai masa remaja dan dewasa, gejala dapat menghilang pada pubertas. ADHD masa kanak-kanak ditandai oleh masalah akademik dan perilaku di sekolah serta masalah interaksi sosial di luar sekolah.
Umumnya intelegensi penderita ADHD di atas rata-rata. ADHD masa kanak-kanak lebih bermasalah dalam bidang akademik, sulit menerima instruksi dari guru dan orang tua, serta terjadi perburukan kemampuan sosialisasi dalam berbagai situasi, yang berakibat rendahnya kepercayaan diri anak. ADHD yang terlambat mendapat diagnosis dan penanganan dapat menimbulkan gangguan tingkah laku pada akhir periode praremaja dan bertambah berat saat memasuki masa remaja. ADHD remaja ditandai adanya penyalahgunaan alkohol atau narkoba, masalah kriminalitas, depresi, rendah kepercayaan diri dan gangguan tingkah laku. Sebagian kecil ADHD berlanjut hingga dewasa, di mana hiperaktivitas telah teratasi, tapi penderita tetap mengalami inatensi dan impulsivitas. ADHD dewasa dapat dijumpai adanya depresi, penyalahgunaan atau ketergantungan alkohol atau narkoba, masalah kriminalitas, gangguan tingkah laku dan gangguan kepribadian antisosial.
Diagnosis ADHD kriteria diagnostik DSM-IV :
A. Salah satu 1 atau 2:

  1. Inatensi:  6 gejala berikut telah menetap minimal 6 bulan hingga taraf maladaptif dan tak konsisten dengan tingkat perkembangan:
    – sering gagal memperhatikan perincian/melakukan kesalahan tak berhati-hati dalam tugas sekolah, pekerjaan dll.
    – Sering mengalami kesulitan mempertahankan perhatiandan menyusun terhadap tugas/aktivitas bermain atau tampak tak menyimak jika berbicara langsung.
    – Sering tidak mengikuti instruksi, gagal menyelesaikan tugas sekolah, pekerjaan, kewajiban di tempat kerja (bukan karena perilaku oposisional/tidak mengerti instruksi).
    – Sering menghindari, membenci, enggan terlibat tugas yang memerlukan usaha mental yang lama.
    – Sering mudah dialihkan perhatiannya olah stimuli luar.
    – Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari.
  2. Hiperaktivitas-impulsivitas:  6 gejala berikut telah menetap minimal 6 bulan hingga taraf maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan:
  • Hiperaktivitas:
    – Sering gelisah dengan tangan-kaki menggeliat di tempat duduk.
    – Sering meninggalkan tempat duduk di kelas (situasi lain) yang mengharuskan tetap duduk.
    – Sering berlari, memanjat dan bicara berlebihan dalam situasi tidak tepat.
    – Sering mengalami kesulitan bermain atau terlibat dalam aktivitas waktu luang secara tenang.
    – Sering “siap-siap pergi” atau seolah “didorong oleh sebuah motor”
  • Impulsivitas:
    – Sering menjawab tanpa pikir sebelum pertanyaan selesai dikemukakan.
    – Sering sulit menunggu giliran.
    – Sering memutus/mengganggu orang lain.

B. Beberapa gejala hiperaktif-impulsif/inatentif yang menyebabkan gangguan telah ada sebelum usia 7 tahun.
C. Beberapa gangguan akibat gejala ada selama ? 2 situasi.
D. Harus terdapat bukti jelas adanya gangguan bermakna secara klinis dalam fungsi sosial, akademik atau pekerjaan.
E. Gejala tidak terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan perkembangan pervasif, skizofrenia atau gangguan psikotik lain, dan tidak diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain
Masyarakat cenderung menilai anak atau remaja ADHD secara negatif, yang pada akhirnya mempengaruhi pola pikir menjadi konsep diri yang negatif yang sudah terbentuk sejak masa kanak-kanak, dan muncul sebagai perilaku negatif yang sulit ditolerir masyarakat. Kegagalan bersosialisasi ini semakin menambah depresi, frustrasi dan kecewa, yang pada akhirnya dilepaskan melalui penyalahgunaan zat.
Penelitian terhadap penderita ADHD masa kanak-kanak yang diikuti hingga 15 tahun setelah ditegakan diagnosis bahwa tidak ditemukan adanya perbedaan pekerjaan maupun masalah hukum dibandingkan populasi kontrol, namun didapati berkurangnya angka hiperaktivitas hingga lebih dari 25%, 52% ADHD tidak menunjukkan gangguan mental lainnya hingga usia 18 tahun, 48% berkembang menjadi gangguan tingkah laku pada usia 18 tahun.
Jadi…..
Masalah utama ADHD yaitu inatensi, impulsivitas dan hiperaktivitas yang muncul di awal masa kanak-kanak. ADHD dapat berlanjut hingga dewasa dan sulit diterapi. Hendaya terjadi di rumah, sekolah, lingkungan pekerjaan dan sosialisasi dengan teman sebaya. Umumnya penderita ADHD cerdas dan kreatif namun tidak produktif, seringkali dikucilkan dari pergaulan karena perilakunya yang mengganggu.
Penatalaksanaan ADHD tidak hanya untuk menghilangkan gejala penyakitnya saja, tetapi juga ditujukan agar penderita dapat berfungsi optimal. Prognosis ADHD yang berlanjut hingga masa remaja dan dewasa jauh lebih buruk dibanding ADHD masa kanak-kanak. Hal ini tidak hanya disebabkan oleh gejala ADHD tetapi juga adanya komorbiditas yang menyertai GPPH masa remaja dan dewasa antara lain; gangguan cemas, depresi, gangguan tingkah laku, gangguan penyalahgunaan atau ketergantungan zat, kriminalitas, dan gangguan kepribadian antisosial. (dr. Surilena, SpKJ – staff Pengajar Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa & Perilaku FKUAJ)
DAFTAR PUSTAKA
1. Widyawati, I. Aspek Klinis dan Penatalaksanaan Gangguan pemusatan perhatian dan atau piperaktivitas. FKUI/RSUPNCM.1996.
2. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III; Cetakan pertama; Departemen Kesehatan R. I., Direktorat Jenderal Pelayanan Medik; Jakarta, Indonesia – 1993.
3. Arnold, L. E. Comprehensive Textbook of Psychiatry; 6th Edition. Williams & Wilkins; Baltimore. United States of America .1995.
4. Sibarani, R. Girl, Your Attention, Please!. Kepustakaan Populer Cosmopolitan. Edisi Maret,2003
5. Wiener, J. M. The Textbook of Child and Adolescent Psychiatry.First Edition; American Psychiatric Press Inc. Washington D. C., United States of America .1991.

One Response
  1. lili

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *