Penyebab dan Cara Mengatasi Anak yang Masih Ngompol
Aduh, Si Kecil Ngompol Lagi !!!
Ngompol atau buang air kecil di celana merupakan hal yang wajar bagi anak kecil. Tetapi kadang orang tua tidak menyadari bahwa sang anak seharusnya sudah dapat menahan diri agar tidak ngompol lagi. Apalagi dibarengi dengan penggunaan popok bayi sehingga anak kurang dilatih untuk membuang air kecil pada tempatnya. Kapan anak dikatakan bermasalah dengan ngompol?
Ngompol atau enuresis adalah keluarnya air seni berulang kali di tempat tidur atau saat sedang mengenakan pakaian dengan atau tanpa disadari oleh sang anak. Sebenarnya ngompol adalah hal yang wajar pada anak-anak terutama balita (bayi di bawah lima tahun) dan biasanya anak laki-laki lebih sering dibandingkan anak perempuan. Dan seiring dengan pertambahan usia, frekuensi ngompol mulai berkurang hingga akhirnya berhenti pada usia 5 tahun.
Mengapa Anak Masih Ngompol?
Anak dikatakan bermasalah dengan buang air kecilnya jika pada usia lebih dari 5 tahun, anak masih ngompol baik saat tidur maupun saat beraktivitas, baik disadari ataupun tidak. Ngompol yang terjadi dapat berlangsung lebih dari 2 kali seminggu dan telah berlangsung lebih dari 3 bulan dan terbukti telah mengganggu aktivitas harian dan sosial anak sehari-hari. Dan yang perlu diingat si kecil tidak sedang menderita penyakit tertentu seperti kencing manis (diabetes juvenile), spina bifida, gangguan kejang, atau menkonsumsi obat-obatan yang dapat memicu buang air kecil lebih sering saat keluhan ngompol terjadi.
Banyak hal yang dapat melatarbelakangi masalah ngompol pada si kecil, diantaranya :
- masalah genetik atau turunan, dalam arti dalam sejarah keluarga anda memang ada riwayat ngompol pada salah satu anggota keluarga anda.
- kesulitan bangun dari tidur, dalam arti si kecil saat tidur sulit untuk bangun dan pergi ke toilet sehingga akhirnya ngompol di tempat tidur.
- perkembangan sistem saraf pusat yang lebih terlambat dari perkembangan normalnya, sehingga tubuh sang anak kurang dapat menahan kandung kencingnya pada saat keinginan BAK (buang air kecil) muncul dan akhirnya BAK tanpa disadari.
- faktor hormonal, dimana anak kekurangan ADH (Anti-Diuretic Hormon) sehingga frekuensi BAK menjadi lebih sering.
- adanya infeksi pada saluran kemih anak anda.
- kelainan bawaan pada saluran kemih pada anak sehingga kurang mendukung proses menahan air seni keluar
- kelainan pada saraf spinal sehingga pengendalian kemih menjadi kurang optimal.
- kesulitan menahan air seni labih lama karena ukuran kandung kemih yang lebih kecil.
- keterlambatan dalam pelatihan ke kamar kecil (toilet training) sehingga anak tidak terbiasa untuk ke kamar kecil bila ingin BAK.
Perlu diingat bahwa minum air yang banyak sebelum tidur bukan penyebab timbulnya ngompol dan ngompol bukanlah suatu tanda gangguan mental pada anak anda. Selain itu ngompol tidak terjadi karena anak anda malas pergi ke kamar kecil atau bermaksud mambuat anda jengkel.
Cara Mengatasi Anak yang Masih Suka Ngompol
Sebenarnya ngompol dapat berhenti sendiri sesuai dengan pertumbuhan anak anda tapi bila ini berkelanjutan, maka dapat dilakukan langkah-langkah sederhana berikut ini untuk membantu anda, yaitu:
- latihan toilet yang tepat, ini lebih tepat bila dimulai sejak dini. Latihan dapat dilakukan dengan mengajak anak anda ke toilet setiap kali ingin BAK atau menyediakan pispot di dekat kamar anak anda dan mengingatkan anak untuk BAK di pispot bila keinginan BAK muncul. Bila sang anak berhasil maka berikan pujian agar sang anak merasa didukung.
- latihan untuk menahan kencing lebih lama.
- bel pada tempat tidur anak yang akan berdering bila sang anak ngompol, dan ketika bel berdering maka orang tua sebaiknya tidak marah tapi bertanya dengan halus mengapa anak tidak ke kamar kecil.
- mengajarkan anak untuk mengenali keinginan untuk BAK, misalnya dengan timbulnya ketegangan di bawah perut atau perasaan adanya cairan yang ingin keluar berarti adalah tanda bahwa sang anak akan BAK dan harus segera ke kamar kecil.
- terapi obat-obatan. Terapi ini akan dilakukan bila anak berumur lebih dari 7 tahun dan belum dapat mengontrol BAK-nya. Perlu diingat bahwa obat-obatan ini tidak mengobati ngompol tapi hanya membantu anak untuk menahan air seninya lebih lama di kandung kemih, sehingga pelatihan ke kamar kecil tetap harus dilakukan.
- bila terbukti bahwa ngompol disebabkan oleh kelainan pada saluran kemihnya maka operasi dapat dilakukan untuk memperbaiki sistem yang ada.
- bila penyebab ngompol adalah hal yang lain seperti hormonal atau infeksi maka pengobatan disesuaikan dengan penyebab dasarnya.
Hal yang paling penting dalam mengatasi ngompol adalah dukungan penuh orang tua kepada anaknya sehingga sang anak merasa aman dan nyaman dalam mengatasi masalah ngompol ini. Hal ini penting karena ngompol menyebabkan rasa bersalah dan rendah diri pada anak anda yang dapat berpengaruh pada perkembangan selanjutnya, sehingga dalam pelaksanaan terapi anak ditanamkan rasa tanggung jawab untuk mengontrol kemihnya misalnya dengan harus membersihkan tempat tidurnya sendiri bila ia ngompol, tetapi tidak boleh disalahkan atau dimarahi berlebihan bila ia ngompol karena hal ini akan semakin menekan jiwa anak. Akan lebih membantu bila orang tua mengatakan pada sang anak bahwa ngompol merupakan masalah yang bisa timbul pada siapa saja dengan misalnya waktu kecil anda juga mengalaminya dan dapat diatasi bila kita berusaha bersama.
Bila masalah ngompol muncul setelah anak lebih dewasa tanpa ada riwayat ngompol saat kecil, maka mungkin ini adalah tanda awal dari adanya masalah pada sang anak terutama masalah kejiwaan, mungkin karena tekanan pada sekolah atau pergaulannya. Sehingga akan lebih bijak bila orang tua bertanya dengan halus dan perhatian pada sang anak dan berdiskusi bersama untuk jalan keluarnya, atau konsultasi dengan psikiater bila masalah terus berlanjut.
Karena banyaknya hal yang belum diketahui mengenai ngompol dan apa penyebab pastinya maka lebih bijak bila orang tua menganggapi dengan tenang dan berkonsultasi dengan dokter untuk mencari jalan keluar yang paling tepat sesuai dengan kondisi anaknya.
Sumber pustaka:
Dansadock, Kaplan. 1996. Sinopsis Psikiatri jilid kedua 7th edition.