Sssttt, Ma, Aku Masih Mengompol

“Ma…aku ngompol..”  â€œAku ga mau ikut acara sekolah, nanti ketahuan sama teman-teman kalau aku masih ngompol ma..” Orang tua terutama seorang ibu pasti sangat bingung menghadapi hal semacam ini. Dan terlebih sang anak sendiri, rasa malu akan selalu membayangi dirinya dalam pergaulan dengan teman-temannya.

Enuresis atau mengompol adalah kegagalan seseorang untuk mengontrol BAK (buang air kecil). Presentase angka kejadian enuresis lebih tinggi pada anak laki- laki. Enuresis dapat terjadi selama tidur malam saja, selama anak terjaga, ataupun keduanya. Tipe enuresis saat tidur malam adalah yang paling umum.

Mengompol saat tidur malam merupakan hal biasa dan sering terjadi hingga usia 3 tahun dan akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Mengompol terjadi karena anak belum mampu mengendalikan kandung kemih sepenuhnya. Pada umumnya, mencapai usia 5 tahun, anak sudah sangat jarang atau bahkan tidak sama sekali mengompol.
Bagi orang tua, sikap memarahi dan menghukum anak setiap kali mereka mengompol bukanlah tindakan yang bijaksana. Semakin dimarahi, maka secara psikologis anak akan semakin minder dan hal ini tidaklah menguntungkan. Sebaliknya, tak sedikit pula orang tua yang tidak tahu harus berbuat apa dan membiarkan saja anaknya mengompol. Hal ini pun akan merugikan di kemudian hari terutama bagi sang anak dimana dalam pergaulannya anak akan menjadi tidak percaya diri.

Penyebab seorang anak mengompol mencakup banyak hal, mulai dari keterlambatan orang tua melakukan toilet training pada anak semenjak usia balita, anak mencari perhatian dari lingkungan sekitarnya, anak merasa tertekan dan stress dengan tugas sekolah, kelainan anatomi pada anak, dsb nya. Keterlambatan toilet training merupakan penyebab tersering.
Toilet training dapat dimulai sejak anak usia 18-24 bulan. Karena mengompol paling sering terjadi saat tidur malam, maka bila anak bangun tengah malam dengan keadaan popok kering, hal tersebut bisa menjadi salah satu tanda bahwa anak siap untuk menjalani toilet training.
Toilet training pada anak dapat dimulai dengan memperkenalkan anak pada toilet. Biarkan anak bermain di dekat toilet (tetap dalam pengawasan) sehingga anak merasa familiar dengan suasana dan kondisi di dalam toilet. Selanjutnya secara teratur, biasakan anak untuk duduk diatas toilet dengan tetap mengenakan pakaiannya. Setelah anak nyaman untuk duduk diatas toilet, mulailah membiasakan anak untuk duduk diatas toilet tanpa mengenakan popok ataupun celana. Langkah berikutnya adalah dengan meletakkan kotoran dari popok kedalam toilet. Biarkan anak melihatnya dan menekan tombol pembersih pada toilet. Lakukan semuanya ini dengan penuh komunikasi antara orang tua dengan anak.

 Lakukan toilet training secara terus menerus setiap hari dengan interval waktu tertentu, misal setiap selesai makan atau setiap 2-3 jam sekali. Toilet training membutuhkan waktu 3 sampai 6 bulan. Toilet training harus dilakukan dengan sabar. Perhatikan sikap anak yang merupakan sinyal keinginan untuk ke toilet. Puji anak bila mereka berhasil buang air kecil di toilet, namun jangan memarahinya bila mereka gagal atau mengompol.

Mengompol pada anak bukanlah suatu masalah namun bisa jadi cukup merepotkan dan dapat menjadi suatu masalah di kemudian hari bila tidak ditangani dengan baik sejak dini. Dengan toilet training diharapkan anak tidak lagi mengompol, namun bila dalam 3-6 bulan kebiasaan mengompol tidak berkurang sama sekali dan tetap terjadi, maka konsultasikan kepada dokter untuk dicari penyebabnya.
 
Sumber:
Greene B., Rathus. A, & Nevid S. 2005. Psikologi Abnormal Jilid 2. PT. Gelora Aksara Pratama: ERLANGGA
http://familydoctor.org/familydoctor/en/kids/toileting/toilet-training-your-child.html

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *