Waspada Cerebral Palsy Pada Anak Baru Lahir

Seorang anak dari keluarga tidak mampu, berusia 14 tahun dengan berat 13 kg, tergolek lemah tak berdaya di rumahnya, di sebuah dusun. Anak ini tidak dapat berbicara, dan hanya dapat menatap orang sambil sesekali mengeleng-gelengkan kepalanya. Ukuran kepalanya normal, namun sayang ukuran ekstremitasnya (alat gerak tubuh) sangat kecil (kurus). Kakinya tidak dapat ia gerakkan dan terus-menerus dalam posisi fleksi (tertekuk), namun tangannya masih dapat menggenggam sesuatu. Bila kakinya diekstensikan (diluruskan) maka anak tersebut akan merintih kesakitan. Menurut riwayat, anak ini hidup normal sampai pada usia 3 tahun, lalu kemudian mengalami kejang tanpa demam yang dapat terjadi lebih dari lima kali seminggu (menderita epilepsi). Anak ini memiliki adik yang berusia 7 tahun lebih muda darinya, dan hidup normal sampai sekarang. Pasien tersebut menderita cerebral palsy pada anak, atau yang disebut juga lumpuh otak. Suatu keadaan yang cukup banyak ditemukan di divisi neuropediatri (penyakit saraf anak).
Cerebral palsy (CP), adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya. CP ditandai oleh buruknya pengendalian otot, kekakuan, kelumpuhan, dan gangguan fungsi saraf lainnya.
Yang pertama kali memperkenalkan penyakit ini adalah William John Little (1843), yang menyebutnya dengan istilah Cerebral Diplegia, sebagai akibat prematuritas atau afiksia neonatorum. Sir William Olser adalah yang pertama kali memperkenalkan istilah Cerebral Palsy, sedangkan Sigmund Freud menyebutnya dengan istilah Infantile Cerebral Paralysis.
CP bisa disebabkan oleh cedera otak atau trauma yang terjadi pada saat bayi masih berada dalam kandungan, saat proses persalinan berlangsung, pada bayi baru lahir, dan bisa juga pada anak yang berumur kurang dari 5 tahun. Akan tetapi pada umumnya, penyebab CP tidak diketahui. 10-15% kasus terjadi akibat cedera lahir dan berkurangnya aliran darah ke otak sebelum, selama, dan segera setelah bayi lahir. Bayi prematur sangat rentan terhadap CP, kemungkinan karena pembuluh darah ke otak belum berkembang secara sempurna dan mudah mengalami perdarahan atau karena tidak dapat mengalirkan oksigen dalam jumlah yang memadai ke otak.
Walaupun cukup sulit, etiologi CP perlu diketahui untuk tindakan pencegahan. Meskipun fisioterapi dini memberi hasil baik, namun adanya gangguan perkembangan mental dapat menghalangi tercapainya tujuan pengobatan. Etiologi CP dapat dibagi menjadi tiga periode:

  1. Pre-natal (sebelum lahir):
    * malformasi kongenital (kelainan struktur tubuh karena proses dalam kandungan),
    * infeksi dalam kandungan yang dapat menyebabkan kelainan janin (misalnya: TORCH, atau infeksi virus lainnya),
    * radiasi, dan
    * asfiksia dalam kandungan (misalnya: solusio plasenta, plasenta previa, anoksia maternal, atau tali pusat yang abnormal) .
  2. Natal (saat lahir):
    * anoksia atau hipoksia (tidak ada atau kekurangan oksigen),
    * perdarahan intra kranial (di dalam tengkorak),
    * trauma lahir, dan
    * prematuritas (lahir sebelum 36 minggu).
  3. Post-natal (setelah kelahiran):
    * trauma kepala,
    * infeksi (misalnya : meningitis bakterial, abses serebri, trombofeblitis, ensefalomielitis), dan
    * kernicterus (kekuningan).

Gejala biasanya timbul sebelum anak berumur 2 tahun dan pada kasus yang berat, bisa muncul pada saat anak berumur 3 bulan. Gejalanya bervariasi, mulai dari kejanggalan yang tidak tampak nyata sampai kekakuan yang berat, yang menyebabkan perubahan bentuk lengan dan tungkai sehingga anak harus memakai kursi roda.
+ Paralisis (kelumpuhan)
Dapat berbentuk hemiplegia (lumpuh setengah badan), kuadriplegia (lumpuh pada kedua tangan dan kaki), diplegia (lumpuh pad kedua kaki), monoplegia (lumpuh pada salah satu kaki), dan triplegia (lumpuh pada kedua kaki dan salah satu tangan). Kelumpuhan ini mungkin bersifat flaksid (lunglai), spastik (kejang), atau campuran.
+ Gerakan involunter (gerakan tanpa sadar)
Dapat berbentuk atetosis, khoreoatetosis (ketidaksinkronan gerakan), tremor (gerakan bergetar) dengan tonus yang dapat bersifat flaksid, rigid (kaku), atau campuran.
+ Ataksia
Gangguan koordinasi ini timbul karena kerusakan cerebellum (otak kecil). Penderita biasanya memperlihatkan tonus yang menurun (hipotoni), dan menunjukkan perkembangan motorik yang terlambat. Mulai berjalan sangat lambat, dan semua pergerakan serba canggung.
+ Kejang
Dapat bersifat umum atau fokal (sebagian tubuh saja).
+ Gangguan perkembangan mental
CP yang disertai dengan retardasi mental pada umumnya disebabkan oleh anoksia serebri (otak yang tidak mendapatkan oksigen) yang cukup lama, sehingga terjadi atrofi serebri yang menyeluruh. Retardasi mental masih dapat diperbaiki bila korteks serebri tidak mengalami kerusakan menyeluruh dan masih ada anggota gerak yang dapat digerakkan secara volunter. Dengan dikembangkannya gerakan-gerakan tangkas oleh anggota gerak, perkembangan mental akan dapat dipengaruhi secara positif.
+ Gangguan penglihatan (misalnya: hemianopsia, strabismus -juling, atau kelainan refraksi misalnya rabun jauh), gangguan bicara, dan gangguan sensibilitas.
+ Problem emosional terutama pada saat remaja.
CP dibagi menjadi 4 kelompok:
1. Tipe Spastik (50% dari semua kasus CP), otot-otot menjadi kaku dan lemah.
Kekakuan yang terjadi bisa berupa:

  • Kuadriplegia (kedua lengan dan kedua tungkai)
  • Diplegia (kedua tungkai)
  • Hemiplegia (lengan dan tungkai pada satu sisi tubuh)
  • Khas: scissors phenomenon (saat bayi diangkat tubuhnya, kedua lutut akan bertumpang tindih).

2. Tipe Diskinetik (Koreoatetoid, 20% dari semua kasus CP), otot lengan, tungkai, dan badan secara spontan bergerak perlahan, menggeliat dan tak terkendali; tetapi bisa juga timbul gerakan yang kasar dan mengejang. Luapan emosi akan menyebabkan keadaan semakin memburuk, gerakan akan menghilang jika anak tidur.
3. Tipe Ataksik, (10% dari semua kasus CP), terdiri dari tremor, langkah yang goyah dengan kedua tungkai terpisah jauh, gangguan koordinasi dan adanya gerakan abnormal.
4. Tipe Campuran (20% dari semua kasus CP), merupakan gabungan dari 2 jenis diatas, yang sering ditemukan adalah gabungan dari tipe spastik dan koreoatetoid.

CP tidak dapat disembuhkan dan merupakan kelainan yang berlangsung seumur hidup. Namun banyak hal yang dapat dilakukan agar anak dapat hidup semandiri mungkin. Penatalaksanaan yang dilakukan biasanya tergantung kepada gejala dan bisa berupa:

  • fisioterapi,
  • penggunaan braces (penyangga),
  • pemberian obat antikonvulsan (anti kejang) saat kejang berlangsung,
  • pemberian obat muscle relaxant (untuk mengurangi tremor dan rigiditas),
  • terapi okupasional (agar anak dapat mengurus dirinya sendiri dan akhirnya nanti dapat bekerja menghasilkan sesuatu),
  • terapi bedah ortopedik (bila terjadi kontraktur, yang disebabkan persendian jarang digerakkan, terutama pada kaki),
  • terapi wicara, dll.

TINJAUAN KASUS
Jika tidak terdapat gangguan fisik dan kecerdasan yang berat, banyak anak dengan CP yang tumbuh secara normal dan masuk ke sekolah biasa, dan sebetulnya lebih dari 90% dapat bertahan hidup sampai dewasa. Namun pada kasus pasien di atas, yang mana dalam hal ini penanganannya dapat dibilang sudah cukup terlambat, hanya dapat diberikan terapi suportif. Pasien tersebut harus dilatih untuk duduk dan dibantu untuk menggerakkan kakinya. Karena bila tidak, akan timbul kontraktur yang nantinya akan memerlukan penanganan bedah. Anak tersebut juga perlu dijemur di bawah sinar matahari pagi untuk mendapatkan tambahan vitamin D yang berguna untuk perkembangan tulangnya. Kemudian sebisa mungkin dilatih hal-hal kecil (contoh: menyikat gigi), agar nanti seminimal mungkin dapat mengurus dirinya sendiri ketika dewasa.
TINJAUAN PUSTAKA
o http://www.medicastore.com
o http://www.kalbe.co.id
Cerebral Palsy ditinjau dari Aspek Neurologi oleh dr. I Made Oka Adnyana, RSUP Sanglah-Denpasar.
o

2 Comments
  1. puwidian
    • Jodi Visnu, dr.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *